Monthly Archives: April 2012

CINDERELLA KEDODORAN

Oleh: Prima Sagita

Kalau Cinderella yang di negeri dongeng itu karakternya lembut, pengalah dan pemalu. Beda sekali dengan yang ini. Ampyuun deh… garang sungguh! Gara-gara maminya terobsesi dengan tokoh cantik zaman beliau kecil dulu, jadilah putri semata wayang itu bernama Cinderella. Cuma satu hal persamaan antara Cinderella yang ini dengan yang di negeri dongeng itu, yakni sama-sama berhati baik.
Ella. Begitu ia biasa dipanggil. Papinya sudah lama meninggal karena kecelakaan pesawat terbang saat ia berumur 8 tahun. Setelah beranjak remaja, maminya menikah lagi dengan seorang pengusaha di bidang kontraktor dan memiliki dua gadis berusia tak jauh dengan Ella. Namanya Prita dan Sarah. Prita yang penakut dan Sarah yang periang menambah keharmonisan keluarga Mami Ella dan Papi tirinya yang sudah lama menjadi single parent.
Senang sekali mengebut dengan motor koplingnya yang besar dan trendy. Tentu pada jalur yang semestinya. Bukan di jalan raya dengan gaya ugal-ugalan dan membahayakan nyawa orang. “Mengebut itu panggilan jiwa!” katanya suatu hari pada dua adik tirinya saat mereka saling melakukan pendekatan. Prita dan Sarah hanya saling berpandangan cemas mendengar pernyataan kakak tirinya itu.
Suatu malam saat menolong Prita mengambil uang di ATM, Ella mengebut sepanjang jalan hingga menabrak seekor tikus got yang melintas.
“Ya Tuhan! Maafkan Kak Ella!” teriak Prita saat itu juga.
“Kenapa Prit?” Ella buru-buru mengurangi laju motornya.
“Kakak barusan nabrak tikus tuh, ngeri banget rasanya!”
“Lah, tikusnya dong yang salah, masa ada motor dia malah nyebrang?” jawab Ella santai.
“Yah, namanya juga binatang Kak, nggak punya otak,” Prita mengingatkan.
“Nah, makanya, jangan sampai kita nggak punya otak. Nanti kayak tikus,” sahut Ella.
“Looh, kok jadi gue yang diingetin? Yang ngebut kan Kakak,” protes Prita.
“Memang harus begitu kan? Saling mengingatkan…”
“Au’ ah elap!”
“Hahaa…”
***
Ogi dan Ersa, sahabat dekatnya di sekolah, seringkali menasehati supaya Ella mengganti jenis motornya yang lebih pantas buat seorang perempuan. Tapi…
“Nggak!” tolaknya ketus. “Hanya seorang pangeran yang bisa merubah kebiasaan gue kelak. Kalian diam sajalah, atauuu…!” Ella bernada meledek dua sahabat dekatnya itu.
“Iya deh, jangan! Jangan loe bosen nraktir kita yah…” Ersa memohon.
Sementara Ogi terlihat getok-getok meja sambil komat-kamit, “Jangan sampe… jangan sampe… tok tok tok tok tok tokkk!”
“Eh, tapi yang satu ini loe harus tau La, Rio si ketua OSIS ganteng itu besok sabtu ngadain acara puncak buat aktifis ekskul yang berprestasi,” kata Ersa penuh semangat.
“Trus apa hubungannya sama gue?”
“Ya, elo kan kemaren abis dapet perunggu di kompetisi Tae Kwon Do, pasti loe diundang. Dan yang lebih penting dari itu, loe bakalan klepek-klepek deh liat Rio!”
“Yang bener loe Sa?” Ella melotot.
“Potong kuku gue nih kalo omongan gue bohong!” kata Ersa meyakinkan.
“Iih, emang gue tukang salon? Ya udah, buruan kasih tau tampang si Rio yang kata loe ganteng itu!”
“Tuh, si Ogi suruh cari tau dulu, orangnya ada di ruang OSIS nggak?” usul Ersa.
Ella pun lalu menyuruh Ogi ke ruangan OSIS yang tak jauh dari kantin. “Kalo orangnya ada, loe jempolin kita dari sana ya!” pesan Ella pada Ogi yang terkadang bolot.
”Oke. Kalo nggak ada berarti kita balik ke kelas ya?” sambung Ogi polos.
“Eet dah, loe tanya dong sama yang di dalem ruangan itu, kemana tuh ketua OSIS, dasar bolot!” Ogi tak banyak kata, ia cepat meluncur mencari tahu.
Tak lama Ogi memberi jempol pada Ella, pertanda bahwa Rio berada di tempat. Ella dan Ersa langsung menghampiri ruangan itu. Keduanya agak sungkan, karena mereka sama sekali tak pernah berkunjung ke situ. Matanya mencari sosok Rio dari jendela. Mudahlah! Bukankah dia yang paling ganteng seruangan itu?
“Waduh, tu cowok bapaknya tukang bangunan juga apa ya?” seru Ella pelan.
“Kenapa La, loe kenal bapaknya? Bapaknya temen Papi loe?”
“Enggak, kok rasanya jantung gue ada traktor yang ngacak-ngacak nih!”
“Deeeu… kirain apaan.” Ersa mencibir.
“Trus trus… Emaknya yang buka salon di seberang sekolahan bukan, ya?” lanjut Ella.
“Kenapa lagi La? Loe pernah ke salon Emaknya?” tanya Ersa mengulang keluguannya.
“Enggak, kok hati gue rasanya jadi adem kayak rambut abis dicreambath gitu,”
“Hallah!” Ersa makin kesal.
“Ng… apa dia juga kerja sambilan di toko bunga ya?” lanjut Ella masih takjub.
“Koq dada gue berbunga-bunga nih,” kali ini Ersa langsung nangkep. “Prett! Norak loe ah!”
“Yeee, loe yang tega, masa baru bilang yang beginian sama gue? Dah sana, masuk duluan!” Ella memberi instruksi.
***
“Permisi… mau tanya dong, untuk kepastian acara puncak hari sabtu, apakah sudah positif?” tanya Ersa memberanikan diri ke dalam ruangan.
“Positif. Datang ya? Perwakilan dari ekskul apa nih?” si ganteng balik bertanya.
“Tae Kwon Do,” Ella membuka suara, disusul pandangan takjub Rio seketika.
“Oh… ng,” si ganteng membuka daftar aktivis ekskul di komputernya. “Cinderella ya?” tanya Rio ke arah Ella.
Yipppieee. Si ganteng menyebut namanya! Upst. Ella mendadak jaim sambil mengangguk kecil berulang-ulang.
“Wah, cantik! Sesuai namanya.” Wiiih, nggak nyangka si ganteng bilang begitu.
“Selamat ya!” Rio menyodorkan tangannya pada Ella. Tapi Ersa buru-buru nyerocos, “Eits… salamannya besok aja di panggung! Udah La, cabut yuk, makasih ya infonya!” Ersa menarik tangan Ella meninggalkan ruangan.
“Eh, buru-buru amat sih!” teriakan Rio tak dipedulikan Ersa yang sudah berhasil menarik Ella pergi. Tak lupa, Ogi membuntuti di belakang. Maklum, buntut!
Tepat di mading sekolah mereka berhenti, dan di situ ada pemberitahuan tentang malam apresiasi.
“Huuu, ngapain juga tadi tanya-tanya ke ruangan OSIS segala, di sini informasinya jelas kok!” Ogi memelototi pamphlet di hadapannya.
“Eh bolot, tadi kan demi memenuhi keinginan Cinderella tuuh…” Ersa masih sewot.
“Hussh, liat nih, acara malam apresiasi ada temanya! Bagi rekan-rekan yang hadir harap menggunakan kostum pesta. Ihh! Bukan gue banget deh,” Ella mendadak manyun.
“Walah! Tomboy kayak elo aja punya baju pesta! Hahaa…yang ada baju balapan!”
“Hhhh! Jangan salah loe… demi Rio, kayaknya sih bolehlah dicoba, toh badan gue nggak kalah ramping sama dua adik tiri gue yang biang pesta.” Iih… nggak mau modal.
***
“Prit, pinjem baju pesta dong!” Ella nyelonong masuk ke kamar adiknya.
“Boleh, ambil aja!” jawab Prita mempersilakan kakak tirinya memilih sendiri.
“Rok lebar selutut ini atasannya yang mana?” tanya Ella saat tertarik dengan satu model rok mini yang megar.
“Oh… itu, pakai ini!” Prita meraih stelan t-shirt dan sweater tipis. “Tapi kayaknya rok itu udah kendor karetnya Kak, harus dikencengin dulu!” usul Prita.
“Nanti dipenitiin aja lah… pake celana jeans cocok nggak nih? Gue kan naik motor!”
“Ya ampuuun, naik mobil dong Kak, sekali-kali!”
“Udah, loe tunjukkin aja celana yang pas buat gue pake, nggak usah usul yang lain-lain!” sahut Ella tegas.
“Hmmm, kalo celana, Sarah yang punya tuh, dia banyak koleksi legging! Gue mah nggak ada.”
“Bilangin Sarah gih, gue pinjem leggingnya gitu. Gue tunggu di kamar loe aja ya!”
Beuh… Kakak apa mandor? Untunglah Prita penurut. Ya, memang begitu yang disarankan Papinya, kalau mau akur sama Kak Ella ya harus menurut, termasuk disuruh anterin jaket-jaket dekilnya ke laundry! Alamak, kelewatan banget si Ella deh.
Akhirnya dapet juga stelan baju pesta. Lumayan… nggak perlu beli. Bukannya nggak ada uang bo! Mending buat beli bensin atau nraktirin dua kurcacinya di sekolah, hihiii. Dasaaarr Ella!
***
Lapangan olah raga yang berubah wujud menjadi ajang pentas apresiasi malam itu benar-benar semarak dengan penampilan seluruh penghuni sekolah yang berkostum pesta. Panggung sudah ramai dengan grup band yang unjuk kebolehan, melayani request penonton untuk membawakan lagu-lagu bertema ceria. Masih didampingi dua sohibnya, Ella duduk di barisan pinggir. Tiba-tiba Rio menghampiri.
“Halo tuan putri, kirain nggak dateng!”
“Eh, elo, kok sempet-sempetnya sih deketin kita? Bukannya ketua duduk di depan sana?” selak Ersa setengah teriak.
“Ohohooo, justru jadi ketua ya santai dong, semua panitia kan sudah bagi-bagi tugas sebelum hari H. Sekarang gue bebas mau ngapain aja!” Ella tak menggubris ucapan dua makhluk di depannya itu, sementara Ogi sedang tebar pesona di hadapan cewek-cewek lain.
Tapi mata Ella tak berhenti memperhatikan Rio yang terlihat aneh, seperti ada yang mau disampaikan. Kalau enggak, ngapain Rio ambil posisi duduk di dekatnya? Ya Tuhan, andai Ersa bisa tenang sedikiiiit aja! Biar Rio dapet kesempatan buat menyampaikan sesuatu.
“Cinderella…” bisik Rio mencuri kesempatan saat Ersa lengah.
Ella pun mendekatkan telinganya ke Rio di tengah suasana remang dan musik panggung yang amat bising.
“Nanti pulang bareng ya!” tawar Rio pelan. Ella membalas dengan gelengan kepala.
“Kenapa?” Rio merasa harga dirinya jatuh.
“Gue bawa motor.” Jawab Ella singkat.
“Nggak percaya!” balas Rio cepat.
“Hmmm… kebetulan motor gue dipasang alarm sama Papi, ini remotnya. Kalo nggak percaya, loe pencet sendiri dan arahkan ke parkiran sana!” Ella menyerahkan remot control motornya pada Rio.
Dengan penuh heran Rio meraih remot alarm yang disodorkan Ella. Ia menekannya dengan ragu. Tak lama terdengar nguing-nguing dari tempat parkiran dengan sinar lampu motor Ella yang berkelap-kelip.
“Gilaaa! Tiger 2000? pake alarm pula?!” Rio takjub seorang diri.
“Biasa aja dong, jangan pake melotot gitu!” gurau Ella.
“Enggak papa sih, sumpah gue kaget aja liat cewek secantik loe pake motor kopling. Apa nggak pegel?” tanya Rio di sisa-sisa ketakjubannya.
“Udah biasa kok. Kalo pegel-pegel tinggal suruh Mbok Nah pijitin,” jawab Ella santai.
“Waah, kapan-kapan pinjam Mbok Nah ya, boleh nggak?”
“Boleh… asal tahan banting aja loe!”
“Memangnya ada acara dibanting-banting?”
“Ya, begitulah. Karena beliau gue jadi berprestasi di Tae Kwondo. Medali di rumah sudah lengkap, ada emas, perak dan malam ini gue terima penghargaan di acara loe karena mendapat perunggu di kompetisi kemarin.”
“Hah! Itu mijit apa bertarung? Kok rusuh begitu?” sentak Rio.
“Hahahaaa…” Ella hanya membalas dengan khas tertawanya.
Rio memandang dalam-dalam gadis perkasa di sampingnya yang tampak anggun dengan kostum malam itu. Membuat Ella salah tingkah dan buru-buru menata duduknya sewajar mungkin.
“Kenapa si, ngeliatinnya kok gitu. Naksir?” Ella merasa bibirnya meluncurkan kata-kata begitu saja.
“Hehee. Kalo iya gimana?” Rio menjawab spontan sambil garuk-garuk.
“Kirim friend request !”
“Hahaaa… langsung diconfirm ya!”
“Siip lah !” keduanya tertawa lepas tak menghiraukan lagi wajah Ersa yang penuh tanda tanya melihat keakraban mereka berdua.
***
Puncak acara pun tiba. Rio mohon diri pada Ella untuk bersiap naik ke atas panggung. Masing-masing ekskul sudah dipanggil satu-persatu. Paskibra yang juara umum lomba Upacara, lalu KIR dengan prestasinya di ajang karya ilmiah, ada juga Himpunan pecinta alam yang memiliki tim panjat tebing terbaik dan beberapa ekskul lain dengan prestasi masing-masing, tak ketinggalan Ella mewakili ekskul Tae Kwon Do.
Seluruh aktifis calon penerima penghargaan telah memenuhi panggung. Tapi… kenapa tiba-tiba rok yang dipakai Ella merosot? Ah! Penitinya copot. Glekk! Duhai penitiii, di manakah gerangan dikau? Hiks! Ella mendadak pucat pasi. Untunglah ia berada di barisan terakhir. Rok yang tak bersahabat itu ditinggalkannya di atas panggung. Ia terjun turun dari belakang panggung. Nekat!
Dari jauh Ersa terbengong-bengong melihat Ella menghampirinya.
“Loh, kok turun? Piagamnya…” Ersa belum selesai bicara sudah ditarik Ella meninggalkan panggung.
“Kabur yuk! Rok gue kedodoran! untung gue pake leggingnya Sarah. Sial! Memalukan dunia Tae Kwon Do aja!”
Setelah semua perwakilan ekskul memperoleh piagam penghargaan, satu persatu mereka turun dari panggung. Dan sehelai rok pink tua menyala pun menjadi perhatian Rio yang turun belakangan.
“Hm, seperti pernah lihat rok ini. Tapi di mana ya?” Rio membolak-balikkan rok megar itu dan mengingat-ingat hingga kepalanya pening.
“Panitiaaa! Cari tau segera! Siapa pemilik rok iniii!”
Bwuahahahaaa…
–*selesai*–

Lebih Kenal Lebih Dekat Dengan Peraih Wall of Fame WR I (periode April-Juni 2012)

Semangat Pagi dan Semangat Menulis!

Ini dia yang ditunggu-tunggu! Sesi tanya jawab kepada writer yang terpajang di Wall of Fame WR I. Tujuan tanya jawab ini selain untuk mengenal lebih dekat adalah untuk berbagi ilmu kepenulisan. Nah, simak beberapa pertanyaan yang sudah kami himpun selama beberapa hari ini.

Tanya: gimana sih jadi istri yang baik? (Va Ayana Lubis *belajar jadi istri dan penulis yang baik nih dia ceritanya ^_^)

Jawab: Jadi istri yang baik itu ya harus rajin sholatnya. Sholat kan mencegah perbuatan keji dan mungkar. Jadi, ujian hidup macam apapun bisa terlewati. Terlepas dari benar dan baik, kadang jadi istri yang baik itu harus berani “salah” juga selama itu kita pertanggungjawabkan. Tinggal minta maaf aja kalo kesalahan kita bener-bener vatal.

Tanya: gimana sih mbak bagi waktu nulis dengan segudang aktivitas yang mbak miliki? (Va Ayana Lubis)

Jawab: Nah, ini yang paling dilematis!Aku bener-bener bingung juga kalo mikir buat ngejawab pertanyaan macam ini. Kalo mau jawaban yang diplomatis, standarnya kita ngerjain tugas rumah dulu biar tenang ya, baru bisa nulis. Tapi faktanya, aku bahkan bisa kok, nulis sambil mondar mandir ke dapur, secara di dapurku itu selain ada kompor, ada juga mesin cuci yang siap muterin baju-baju kotor, juga tempat cucian piring yang numpuk kayak gedung kantor berlantai puluhan, bahkan laptopku sering ada di samping saat aku menyetrika. Wah, pokoke jungkir balik, salto, nyungsep… dah nggak karu-karuanlah.

Jujur aku nggak pandai mengatur waktu. Yang aku lakukan selama ini seperti nekat. Coz aku memang bukan penulis yang bener-bener hebat. Malah aku suka nggak peduli sama keributan anak-anakku di kamarnya kalau ide udah harus tertuang saat itu juga. Kalau sudah selesai, barulah aku datangi mereka, mencari tau ada apa tadi sampai gedebak-gedebuk, cekakak-cekikik heboh banget. Palingan mereka Cuma jawab
“Bercanda Buuuun, jangan sensitip dong ahh!”
haddeeehhh… ini dia nih, nikmat yang nggak pernah brenti aku syukuri. Mana ada yang kayak aku gini kan? Sok atuh dilacak…

Karena itulah… keseharianku sebetulnya sudah begitu lelah… Kadang masih memaksakan diri mengejar detlen yang udah mepet banget sampai tengah malam. Akhirnya, pagi-pagi aku lesu sekali.

Hari minggu buatku adalah hari memanjakan diri. Jujur aku nggak pernah tertarik dengan keramaian apapun di luar rumah. Aku cuma pengen istirahat. Tidur. Kalaupun aku harus menyukai dunia luar. Pilihanku cuma dua. Toko Buku sama Bioskop. Tapi itu pun jarang sekali kudatangi. Karena aku bukan rakyat ekonomi menengah, apalagi atas, yang kadang harus mikir berkali-kali buat mengeluarkan uang.
*detlen?
kesannya udah kayak penulis beken ya? detlen yang kumaksud adalah ajang pengasahan diri saja… bukan sebuah target kemenangan buat aku menjadi seorang penulis yang sesungguhnya. seperti perjalanan hidup yang selama ini selalu melibatkan kata hatiku, maka untuk meraih impian sebagai penulis pun aku coba mengikuti kata hati… sekiranya ada info lomba yang aku sanggupi untuk ikut memeriahkan event-nya, maka detik itu pula aku bulatkan tekat untuk ikut. Dua jam aku bisa rampungkan tulisan karena begitu semangatnya menuturkan kisah yang sesuai dengan tema lomba. Selanjutnya tinggal diendapkan beberapa hari sambil diedit sana sini. Sengaja aku tempa diri seperti itu… meski agak terkesan maksa atau sok penulis banget… aku nggak pernah peduli. Lama-lama, Tuhan juga anugerahkan kita kemampuan. Paling enggak, semangat yang terus berkibar untuk tetap menulis.

Tanya: gimana caranya biar bisa gila mba? *edisi selalu gagal bikin cerita lucu (Rik Sjp)

Jawab: caranya ya rajinlah mengungkap kejadian-kejadian konyol yang bisa ngundang orang ketawa. Buat ngukur tingkat kelucuan tulisan kita juga bisa dipraktekan sendiri. Apakah kita bisa tertawa? kalo iya, berarti lumayan dah berhasil…

Misalnya menulis kelucuan begini:
Suatu hari saya melihat barisan perempuan sedang diperiksa Pak Polisi di sebuah lokalisasi PSK. Mereka ditanya satu pesatu tentang motivasi menjadi PSK. Jawaban mereka pun hampir sama. Yakni karena himpitan ekonomi. Tiba-tiba ada seorang nenek-nenek pengemis yang penasaran dengan keramaian di tempat tersebut. Saya bilang saja, “Lagi ada pembagian cokelat, Nek!” Lalu nenek itu ikutan berbaris, berharap bisa mendapatkan cokelat juga.
Setelah tiba gilirannya dipanggil, pak polisi pun bertanya:
“Ini lagi, nenek-nenek pake ikut-ikutan jadi PSK segala. Buat apa sih, Nek?”
Nenek itu menjawab lugu,”Ya, lumayanlah Pak buat diisep-isep! Maklum… udah lama nggak ngerasain yang begituan.”

Hihihiiii ^________^

Menurut aku, Gila yang dimaksud itu kan bahasanya digaulkan menjadi Gokil alias Kocak atau lucu…
Jadi, buat bisa gila, jelaslah orang tersebut bukan orang yang latar belakangnya pendiam, introfert (kalo nggak salah, ya) atau temennya bisa dihitung. Pastilah orang yang punya bakat gokil itu temennya banyak. Coz dia nggak pilah-pilih teman dalam hidupnya.

Percaya nggak? semasa remaja dulu, aku punya teman dari kenalan di halte, bis, terminal, bahkan supir angkutan. Latar belakang temanku juga beragam. Dari mulai anaknya Kiyai, dokter, guru, pedagang, sampai petani buah-buahan…Bahkan aku pernah dilamar sama juragan Duren dari kampung manaaa gitu. Sampe sekarang orangnya masih agak sakit hati karena aku tolak. Hihihiiii… Ya Alloh! Maap…

Tanya: apa nulis gokil itu sudah merupakan passion-nya Mbak Prima? (Andri Surya)

Jawab: Wah kalau itu aku juga masih bingung, soalnya aku juga sering nulis yang nggak gokil gitu sih. Cuma…. memang keasyikan menulis genre gokil itu lebih kalau dibandingkan dengan menulis yang nggak gokil. So? Kita bungkus aja kalau passion ku nulis gokil ya? Bungkuuus! ^_^

Gimana warga WR semua? Jadi kenal dekat kan dengan penulis gokil yang satu ini? Selain kenal akhirnya kita juga bisa belajar sedikit mengenai dunia kepenulisan bahkan belajar menjadi istri dan ibu yang baik juga loh.

Semangat Pagi dan Semangat Menulis!

Wall of Fame WR I (Periode April-Juni 2012)

Semangat Pagi dan Semangat Menulis untuk Warga WR!

Bagaimana kabar warga WR semua? Kami doakan sehat dan selalu semangat menulis. Nah, kalau pada postingan sebelumnya ada program baru yaitu “Pameran Buku WR I” sekarang kami juga masih akan hadir dengan program baru yaitu “Writer Wall of Fame WR I”. Program apakah itu gerangan? Program ini adalah program pemilihan warga teladan yang dilakukan oleh group tertutup WR I dibawah naungan SMCO Writing Revolution. Untuk memilih warga teladan tersebut dilakukan proses voting. Program ini sendiri akan dijalankan 3 bulanan dan untuk periode perdana ini tahtah akan dipegang hingga bulan Juni 2012.

Siapakah sosok yang terpilih menjadi Writer Wall of Fame WR I untuk periode April-Juni 2012?

Kita sambut dengan tepuk tangan yang meriah inilah dia ”Prima Sagita”.

Prima Sagita

Sepertinya tidak lengkap kalau kita tidak mengenal sosok perempuan yang satu ini. ”Tak kenal maka tak sayang” begitulah kira-kira, jadi yuk langsung saja kita kenal lebih dekat dengan penulis yang menurut warga wr merupakan penulis gokil ini.

Prima Sagita merupakan nama beken dari penulis ini. Saat ini ia menjabat sebagai WKK WR (Wakil Kepala Kampung Writing Revolution). Selain sibuk sebagai penulis, ibu 2 orang putra ini juga berprofesi sebagai pengajar bimbel dan ibu rumah tangga. Wah, kebayang betapa sibuknya ibu yang satu ini ! Walaupun sibuk ia tetap menyempatkan untuk menulis secara konsisten. Hasilnya, coretannya tergabung dalam beberapa antologi seperti Antologi Curcol Konyol,

Antologi Guru Kehidupan,

Antologi Kisah Saat Buah Hati Sakit,

Antologi Kisah Cinta Salah Sambung,

dan masih banyak lagi.

Di kalangan warga Writing Revolution sendiri penulis ini dikenal dengan tulisan-tulisan gokil namun penuh hikmah. Seringkali tulisan-tulisannya membuat warga tersenyum dan tertawa. Jadi kalau lagi bete atau nggak mood boleh tuh baca-baca karya Prima Sagita. Beberapa alasan mengapa penulis ini terpilih adalah karena sikap dewasa yang ia tunjukkan. Perjuangannya buat tetap mengeksiskan WR semenjak terjedi gejolak pun patut diacungi jempol. Tentu saja, keeksisannya di Balai Desa Kampung WR dan Kampung WR I menjadikan ia dikenal. 

Nah, itu dia sedikit mengenai profil writer yang terpilih di Wall of Fame untuk periode April-Juni 2012. Untuk mengenal lebih jauh lagi mengenai penulis ini ada juga sesi tanya jawab warga WR I di postingan selanjutnya. Tunggu ya ^_^

Semangat Pagi dan Semangat Menulis!

 

Pameran Buku April 2012: Pelangi Abu-Abu

Semangat Pagi untuk warga WR semua khususnya warga WR I !

Setelah sekian lama blog revo satu vakum akhirnya kami kembali dengan agenda-agenda baru yang lebih fresh (sambil pegang sapu dan kemoceng ^_^). Salah satu agenda revo satu adalah “Pameran Buku Warga WR I”. Di postingan perdana ini akan ada satu buku yang bakalan dipamerin. Buku siapa yang beruntung akan dipamerin pada postingan perdana ini?

Judul buku yang akan kita bahas kali ini adalah “Pelangi Abu-Abu” yang merupakan karya kasuk WR I (Kepala Suku Kampoeng Satoe). Penulis memiliki nama pena Rik Sjp dan menjabat sebagai kasuk WR I periode 2011-2012. Karena ini adalah postingan pertama setelah mati suri maka kami ingin menyajikan sesuatu yang ringan namun menarik. Bagi warga Writing Revolution yang masih SMA dan mencari bacaan yang fresh maka buku ”Pelangi Abu-Abu” dapat dijadikan referensi. Nah sebenarnya bagaimanakah proses kreatif hingga terciptanya ”Pelangi Abu-Abu” ini?

Kami berhasil mengorek sedikit mengenai buku ”Pelangi Abu-Abu” ini langsung dari penulisnya. Menurut si empunya, buku ini bercerita mengenai kehidupan remaja khususnya anak SMA. Kalau bicara soal masa-masa SMA, maka sebagian dari kita sepakat bahwa masa inilah masa yang paling indah, bener nggak? Masa SMA itu banyak polemik mulai dari pertemanan, guru, sekolah, sampai masalah yang paling rumit tapi paling seru yaitu cinta. Rik Sjp mencoba merekam jejak polemik tersebut melalui cerita apik di buku ”Pelangi Abu-Abu” ini. Ia mencoba mengeksplorasi rasa perubahan tersebut dengan menonjolkan berbagai karakter yang ada dalam diri seorang remaja. Ia paham benar bahwa remaja memiliki berbagai gejolak emosi dalam menyikapi masalah (tentunya, ia sendiri pernah mengalami masa-masa ini ^_^). Jadi, ia mencoba mengeksplore karakter tokohnya untuk tidak menjadi superhero.

Pelangi Abu-Abu mengisahkan tentang empat orang sahabat yang saling membanggakan hobinya masing-masing. Ada tokoh bernama Alko yang gandrung dengan yang namanya sepak bola bahkan saking gandrungnya ia menjadi kapten tim di sekolahnya. Ada juga Maylodi yang suka banget yang namanya gosip artis. Maklum, dia adalah penyiar radio yang harus terus update berita-berita terkini untuk menyokong profesinya. Bagi anggota pecinta alam, dalami tokoh Taufik yang merupakan ketua SISPALA. Baginya alam adalah tempat terbaik dari segalanya. Tokoh terakhir bernama Putrari yang punya hobi menulis dan menbaca. Obsesi terbesarnya adalah menjadi penulis terkenal.

Mereka berempat adalah teman satu kelas di SMANSA. Masalah muncul dengan hadirnya Friska, cewek manis pindahan SMA Jakarta. Cewek manis ini sangat menyukai bola, bergiat di alam bebas, suka nulis juga bahkan ia senang membaca puisi, novel, dan komik. Tak hanya itu, Friska juga piawai dalam memainkan alat musik dan mengikuti perkembangan gosip selebritis. Singkatnya, dia perfect banget deh! Persaingan Alko, Taufik, dan Putrari memperebutkan Friska dimulai. Tapi sepertinya persaingan mereka juga harus terganjal dengan datangnya Randi, cowok yang jago gambar dan musik, yang juga punya niat yang sama seperti mereka bertiga. Selain itu, konflik antara Friska dan Maylodi membuat cerita ini semakin seru. Maylodi pun tak kalah ruwetnya karena harus berhadapan dengan rekan sesama penyiarnya. Lalu, pertanyaannya adalah siapa yang menjadi pilihan Friska? Tentu saja jawabannya dapat dibaca dibuku ”Pelangi Abu-Abu” karya Rik Sjp ini ^_^

Kisah cinta yang rumit namun seru itu dibumbuhi dengan beberapa keunikan. Contohnya, Rik Sjp mencoba memperkuat setting tempat terjadinya peristiwa. Selidik punya selidik, ternyata setting tempatnya adalah sekolah asal penulis sendiri di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Yang paling menarik adalah adanya gambar peta dan dena lokasi kotanya di buku tersebut.

”siapa tahu ada yang mau main ke sana setelah membaca buku ini,” candanya.

Panorama yang indah seperti Gunung berapi tertinggi di Indonesia (Gunung Kerinci), danau tertinggi di Asia Tenggara (Danau Gunung Tujuh), dan danau yang diapit 7 buah gunung ingin ditunjukkan oleh penulis kepada pembacanya. Walaupun terpencil, namun banyak sekali tempat-tempat yang layak untuk dikunjungi.

Penulis mengaku bahwa proses penulisan ”Pelangi Abu-Abu” tidak terlalu lama hanya sekitar 3 bulan saja. Ia mencoba konsisten dengan menulis setiap hari namun kendala pengeditan yang membuat buku ini selesai agak lama. Idenya pun muncul dari mana-mana. Rik Sjp menggabungkan antara kisah pribadi, teman, dan hasil perenungannya saat celingak-celinguk di lingkungan sekitar ^_^

”Remaja itu memiliki potensi yang sangat besar untuk maju. Jangan kalah ama tetek bengek yang bakalan merusak masa depan kita sebagai remaja, so maju terus pantang mundur!” katanya di akhir sesi wawancara

Pelangi Abu-Abu.

Nah, kira-kira itu sekelumit mengenai ”Pelangi Abu-Abu” karya Kasuk WR I, Rik Sjp. Semoga kita dapat mengambil manfaat dari buku ini. Buku siapa yang akan kita pamerkan bulan depan? So, just wait and see karena bakalan ada buku-buku WR I lainnya yang lebih seru. (ASP)

Semangat Pagi dan Semangat Menulis untuk warga Writing Revolution!